KERAJAAN TERNATE TEDORE

                                           BAB 1
                                    PEMBUKAAN 



1.1 Latar Belakang 
    Secara geografis kerajaan Temate dan Tidore terletak di Kepulauan Maluku, antara Sulawesi dan Papua. Letak tersebut sangat strategis dan penting dalam dunia perdagangan masa itu. Pada masa itu, kepulauan Maluku merupakan penghasil rempah-rempah terbesar sehingga dijuluki sebagai "The Spicy Island". Rempah-rempah menjadi komoditas utama dalam dunia perdagangan pada saat itu, sehingga setiap pedagang maupun bangsa-bangsa yang datang dan bertujuan ke sana. Melewati rute perdagangan tersebut agama Islam meluas ke Maluku, seperti Ambon, Ternate, dan Tidore. Keadaan seperti ini telah mempengaruhi aspek-aspek kehidupan masyarakatnya, baik dalam bidang politik, ekonomi, sosial, dan budaya.Namun,mereka dapat mengatasi dalam perundingan di Pulau Motir.
     Dalam persetujan Motir ditetapkan Ternate menjadi kerajaan pertama, Jailolo kedua, Tidore yang ketiga, dan Bacan yang keempat. Kerajaan-kerajaan di Maluku sangat akrab menjalin hubungan ekonomi dengan pedagang Jawa sejak zaman Majapahit. Pedagang Maluku sering mengunjungi bandar seperti Surabaya, Gresik, dan Tuban. Sebaliknya, pedagang Jawa datang ke Maluku untuk membeli rempah-rempah. Hubungan kedua belah pihak ini sangat berpengaruh terhadap proses penyebaran agama islam di Indonesia. Sejak abad ke-13, Maluku sudah ramai dikunjungi oleh pedagang-pedagang Islam dari Jawa dan Melayu. Seiring dengan ramainya perdagangan, berdatangan pula para mubaligh dari Jawa Timur untuk mengajarkan agama Islam.Salah seorang mubaligh yang berjasa menyiarkan agama islam di Maluku ialah Sunan Giri dari Gresik, Jawa Timur.
      

1.2 Rumusan Masalah

1.2.1 Bagaimana latar belakang berdirinya Kerajaan Ternate Tidore?
1.2.2 Bagaimana aspek politik, ekonomi dan sosial budaya Kerajaan Ternate Tidore?
1.2.3 Jelaskan masa kejayaan dan kemunduran kerajaan Ternate dan Tidore!

1.3 Tujuan

1.3.1 Mengetahui latar belakang berdirinya Kerajaan Ternate Tidore
1.3.2 Mengetahui aspek politik, ekonomi dan sosial budaya Kerajaan Ternate Tidore
1.3.3 Mengetahui masa kejayaan dan kemunduran Kerajaan Ternate Tidore



                                           BAB 2
                                             ISI
2.1 Latar belakang berdirinya kerajaan Ternate dan Tidore 
   Kerajaan Ternate atau Kesultanan Ternate adalah salah satu dari empat kerajaan Islam di Maluku.Nama aslinya adalah Kerajaan Gapi, kemudian berubah menjadi Kesultanan Ternate karena mengikuti nama ibu kotanya.
    Kerajaan Ternate didirikan oleh Baab Mashur Malamo pada 1257 M, dan sejak saat itu memainkan peran penting di kawasan timur nusantara hingga abad ke-17. Masa kejayaannya berlangsung pada abad ke-16, berkat perdagangan rempah-rempah dan kekuatan militernya. Pada periode ini, wilayah kekuasaan Kerajaan Ternate membentang dari Maluku, Sulawesi Utara, Sulawesi Timur, Sulawesi Tengah, bagian selatan Kepulauan Filipina, dan Kepulauan Marshall di Pasifik. Saat ini, Kerajaan Ternate dipimpin oleh Sultan Syarifuddin Bin Iskandar Muhammad Djabir Sjah, yang menjabat sebagai sultan ke-49 sejak 2016, menggantikan Sultan Mudaffar Syah II.
    Kerajaan Ternate secara resmi memeluk Islam pada pertengahan abad ke-15, lebih tepatnya pada masa pemerintahan Marhum (1465–1486 M). Marhum adalah Raja Ternate pertama yang memeluk Islam, dan putranya yang memegang takhta selanjutnya, Zainal Abidin (1486–1500 M) mulai memberlakukan hukum-hukum Islam.
    Setelah bertransformasi menjadi Kesultanan Islam, gelar raja kemudian diganti dengan Sultan.Puncak keemasan Ternate terjadi menjelang akhir abad ke-16, ketika di bawah kekuasaan Sultan Baabullah (1570–1583 M).

2.2 Aspek politik, ekonomi dan sosial budaya Kerajaan Ternate dan Tidore

a. Aspek Politik 
   Menurut silsilah Raja Ternate pertama adalah Muhammad Naqal yang naik tahta pada tahun 1081 M. Baru pada tahun 1471 M, agama Islam masuk di kerajaan Tidore yang dibawa oleh Ciriliyah, Raja Tidore yang kesembilan. Ciriliyah atau Sultan Jamaluddin bersedia masuk Islam berkat dakwah Syekh Mansur dari Arab. Raja Tidore mencapai puncak kejayaan pada masa pemerintahan Sultan Nuku (1780-1805 M). Sedangkan Kerajaan Ternate secara resmi memeluk Islam pada pertengahan abad ke-15, lebih tepatnya pada masa pemerintahan Marhum pada 1465–1486 M.Raja Ternate pertama yang memeluk Islam adalah Sultan Mahmur, takhta kerajaan selanjutnya dipegang oleh putranya sendiri yaitu, Zainal Abidin pada 1486–1500 M dan mulai memberlakukan hukum-hukum Islam.
    Sultan Nuku menyatukan Ternate dan Tidore untuk bersama-sama melawan Belanda yang dibantu Inggris. Belanda kalah serta terusir dari Tidore dan Ternate. Sementara itu, Inggris tidak mendapat apa-apa kecuali hubungan dagang biasa.
     Sejak saat itu, Tidore dan Ternate tidak diganggu, baik oleh Portugis,Spanyol, Belanda maupun Inggris sehingga kemakmuran rakyatnya terus meningkat. Wilayah kekuasaan Tidore cukup luas, meliputi Pulau Seram, Makean Halmahera, Pulau Raja Ampat, Kai, dan Papua. Pengganti Sultan Nuku adalah adiknya, Zainal Abidin. Ia juga giat menentang Belanda yang berniat menjajah kembali.


b. Aspek Ekonomi
    Kehidupan ekonomi Kerajaan Ternate dan Tidore berupa perdagangan dan pelayaran.Perdagangan dan pelayaran di Kerajaan Ternate dan Tidore mengalami perkembangan yang pesat sehingga pada abad ke-15 telah menjadi Kerajaan penting di Maluku. Para pedagang asing datang ke Ternate untuk menjual barang yang berupa perhiasan, pakaian, dan beras untuk ditukarkan dengan rempah-rempah. Ramainya perdagangan memberikan keuntungan besar bagi perkembangan Kerajaan Ternate sehingga dapat membangun laut yang cukup kuat.
 
 c. Aspek Sosial Budaya
     Sebagai dari Kerajaan Ternate dan Tidore bercorak Islam, masyarakat Ternate dalam kehidupan sehari-harinya banyak yang menggunakan hukum Islam. Hal itu dapat dilihat pada saat Sultan Harun dari Ternate dengan De Mesquita dari Portugis melakukan perdamaian dengan mengangkat sumpah dibawah kitab suci Al-Qur'an. Hasil kebudayaan yang cukup menonjol dari kerajaan Ternate adalah keahlian masyarakatnya  dalam pembuatan kapal.

• Peninggalan Kerajaan Ternate dan Tidore
  -Istana Kesultanan Ternate
  -Masjid Jami Kesultanan Ternate
  -Kompleks pemakaman sultan Ternate
  -Benda-benda peninggalan di Museum Kesultanan         Ternate (alat-alat perang, singgasana raja,
   Al-Qur'an tulisan tangan raja)
  -Istana Kerajaan Tidore (kadato kie)
  -Masjid sultan Tidore
  -Benteng Torre dan Tahula

2.3 Kemunduran Kerajaan Ternate dan Tidore

      Kemunduran Kerajaan Ternate dan Tidore disebabkan oleh adu domba antara Kerajaan Ternate dengan Kerajaan Tidore yang dilakukan oleh bangsa Portugis dan Spanyol.Adu domba dilakukan karena bertujuan untuk memonopoli daerah penghasil rempah-rempah tersebut. Setelah Sultan Ternate dan Sultan Tidore sadar bahwa mereka telah diadu domba oleh Portugis dan Spanyol, mereka kemudian bersatu dan berhasil mengusir Portugis dan Spanyol ke luar Kepulauan Maluku. Namun kemenangan tersebut tidak bertahan lama dikarenakan VOC yang dibentuk Belanda untuk menguasai perdagangan rempah-rempah di Maluku berhasil menaklukkan Ternate dan Tidore dengan strategi dan tata kerja yang teratur, rapi dan terkontrol dalam bentuk organisasi yang kuat.



                                           BAB 2
                                       PENUTUP 


3.1 Kesimpulan 
    Pada abad ke-15, para pedagang dan ulama dari Malaka dan Jawa menyebarkan Islam ke kerajaan Ternate dan saya. Dari sini muncul empat kerajaan Islam di Maluku yang disebut Maluku Kie Raha yang artinya Maluku Empat Raja yaitu Kesultanan Ternate yang dipimpin Sultan Zainal Abidin (1486-1500), Kesultanan Tidore yang dipimpin oleh Sultan Mansur (1465–1486 M), Kesultanan Jailolo yang dipimpin oleh Sultan Sarajati, dan Kesultanan Bacan yang dipimpin oleh Sultan Kaicil Buko. Pada masa kesultanan tersebut berkuasa, masyarakat muslim di Maluku sudah menyebar sampai ke Banda, Hitu, Haruku, Makyan, dan Halmahera. Kerajaan Ternate dan Tidore yang terletak di sebelah Pulau Halmahera (Maluku Utara) adalah dua kerajaan yang memiliki peran yang utama dalam menghadapi kekuatan-kekuatan asing yang mencoba untuk menguasai Maluku.
    Kerajaan Ternate dan Tidore memiliki letak yang sangat penting dalam dunia perdagangan pada masa tersebut. Kedua kerajaan ini terletak di daerah Kepulauan Maluku. Pada masa itu, Kepulauan Maluku merupakan penghasil rempah-rempah terbesar, sehingga dijuluki sebagai "the Spice Island".




KELOMPOK 7
Nama kelompok: 
1. Aditya Ilham (01)
2. Amelia Rahayu P. (04)
3. Cindy Wulansari (09)
4. Rizky Illahi (26)
5. Sania Rahmadhani (27)


Postingan populer dari blog ini

PENELITIAN SOSIAL OBSERVASI